Istri Pemain Kartu

“Apa maksud elu?” aku bertanya balik kepada Rony. Waktu itu kami sedang bermain kartu di rumahku (seperti yang biasa kami lakukan beberapa kali dalam setahun) saat Rony menuduh aku sedang mencoba memamerkan istriku, Lisa. Memang benar aku bangga akan penampilan istriku. Dan memang aku menyuruhnya untuk mengenakan pakaian yang menarik lantaran beberapa teman akan datang berkunjung. Namun Rony mengintepretasikan semua itu dengan berlebihan. Menurutku sendiri, lebih baik Lisa tidak ada di rumah sama sekali karena malam ini seharusnya malam khusus para pria. Akan tetapi Lisa benar-benar tidak dapat pergi kemana-mana lagi jadi aku menyuruhnya untuk tetap tinggal dan menyiapkan makanan untuk kami.

“Ayolah, ngaku saja, Bud. Apa dia selalu memakai rok pendek seperti itu di dalam rumah malam-malam begini?” tanya Rony setelah Lisa kembali ke dapur untuk mengambil minuman. “Yah, engga juga. Begini deh, berapa kali elu-elu datang ke rumah gue? Setiap kali gue ada tamu, gue mau semuanya terlihat baik. Kalau begitu kenapa elu enggak tuduh gue memamerkan lantai rumah gue yang mengkilap?”


“Jangan bohong deh, Bud! Tiap kali kita datang ke mari pasti dia ada di rumah, dan lagi pakaiannya selalu seperti begitu!” Mario menambahkan. “Malah gue rasa kali ini dia enggak pakai BH. Bagaimana elu bisa bilang itu ga pamer?”

Saat Lisa masuk kembali ke ruangan akhirnya mereka berhenti merongrongku. Ia baru saja hendak kembali ke dapur untuk menonton TV di sana ketika Rony mengajaknya untuk ikut bermain bersama kami. “Lagipula kamu ada di sini, jadi sekalian saja main bersama kami?” ajaknya. “Tapi kamu harus pakai uang kamu sendiri, engga boleh bergabung dengan suamimu!” tambah Mario.

Lisa melihat ke arahku untuk meminta persetujuan dan aku hanya mengangkat kedua bahuku. Lisa selalu begitu, mengecek terlebih dahulu dengan keputusanku. Terkadang ia dicemooh dengan melakukan semua yang kukatakan, tapi aku sungguh menghargai sikap kesetiaan para istri pada jaman dulu. Itu salah satu alasan aku menikahinya.

Ia duduk dan mulai bermain bersama kami. Sebenarnya aku tidak keberatan istriku bermain bersama kami tapi aku masih ingin membahas oborlan laki-laki bersama teman-temanku ini. Rony seharusnya bercerita tentang Maria sepupunya. Dia adalah satu-satunya selingkuhanku. Aku melakukan One Night Stand dengannya sekitar seminggu yang lalu ketika kami semua pergi ke klab malam dan saat itu aku mabuk berat. Pernikahanku bisa hancur kalau Lisa tahu tentang perselingkuhanku jadi aku belum menghubungi Maria sejak saat itu.

Kami bermain sekitar satu jam ketika Lisa pergi ke dapur setelah kusuruh mengambilkan minuman lagi. “Pasti enak yah punya robot yang mengerjakan apa yang elu bilang,” kata Ron. “Pakai ini, ambil itu, lakukan ini,” tambah Mario. Ini cemoohan yang biasa Lisa dan aku terima. “Ayolah, brur. Elu-elu cuma iri. Siapa sih yang enggak mau perempuan seperti itu?” aku balik bertanya.

“Elu bener, Bud. Gue juga mau punya istri yang mengerjakan apa yang gue suruh,” jawab Rony. “Gue juga mau. Mana remote controlnya? Boleh ga gue yang kontrol untuk puteran berikutnya?” tanya Karel.

Aku masih menunggu Lisa kembali ke ruangan ketika Mario (yang sudah mabuk) berkata, “Hey bagaimana kalau pemenang dalam satu putaran berhak memegang remote control ini dan bisa mengontrol dia. Gue bakal pencet tombol ‘mute’ supaya dia enggak usah banyak omong, hahaha…”

“Dia bukan robot. Dia engga melakukan semua yang gue suruh kok!” terusik oleh tuduhan itu aku mulai menaikkan suaraku.

Rony kemudian berkata, “Kalau begitu, kita coba saja?”

Mereka benar-benar gila. “Coba apanya?” tanyaku. “Pemenang dalam satu putaran dapat mengontrol dia? Elu-elu gila! Dia enggak akan pernah menuruti perintah elu-elu dan lagipula gue enggak bakalan menyuruhnya untuk ikut bermain permainan edan seperti ini. Lupakan saja!”

“Jadi kalau elu bilang ke dia bahwa si pemenang boleh mengontrol dirinya, seperti yang setiap hari elu lakukan terhadap dia, istri elu enggak bakal menurut? Ha? Lisa itu engga punya pendirian sendiri deh dan pasti dia menurut,” kata Rony.

Aku jadi tambah panas. “Dia melakukan apa yang gue bilang karena dia cinta gue, bukan karena dia enggak punya pendiriannya sendiri. Dia enggak bakal melakukan apa yang elu bilang tadi.” Ini mulai menjadi tidak karuan dan aku hendak menyudahi malam itu.

Ron berdiri untuk melihat apakah Lisa masih berada di dapur lalu berbungkuk ke tengah-tengah kami lalu berkata, “Suruh saja dia untuk melakukannya dan kita lihat apa benar dia itu robot atau bukan. Elu bisa buktikan saat itu juga. Bagaimana?”

“Enggak! Elu sama gilanya seperti si Mario. Jangan takabur deh!” teriakku.

Karel lalu berkata, “Lalu apa yang elu khawatirkan? Elu khawatir kalau dia akan menuruti perintah kita-kita? Lagipula elu kan tahu kalau dia cinta elu dan enggak bakalan menuruti kita-kita karena dia punya pendiriannya sendiri. Kita lihat saja.”

Lisa berseru dari dapur bahwa ia akan segera keluar membawa minuman. “Bud, elu cuma perlu minta sama dia untuk melakukan ini semua dan biar dia yang menentukan berikutnya. Atau elu mau gue ungkit-ungkit kejadian elu dan Maria?”

Sebelum aku dapat memberi jawaban Lisa masuk dan membagikan minuman lalu duduk. Rony menatapku seakan menunggu jawaban dariku. Aku membalas dengan pandangan tak senang untuk menunjukkan bahwa aku tidak akan melakukannya. Kami melanjutkan permainan kartu kami.

“Oh iya, Bud, kemarin gue ngobrol-ngobrol sama sepupu gue Maria,” Rony memulai percakapan.

Aku tidak menyangka Rony menyebut nama Maria saat itu dan dia benar-benar serius. Ini bisa menghancurkan pernikahanku jadi aku harus melakukan sesuatu. Akhirnya aku menyerah dan menginterupsi, “Permainan ini jadi membosankan nih. Mungkin kita perlu melakukan hal-hal konyol supaya jadi menyenangkan.”

“Hal konyol seperti bagaimana?” Karel seakan mengejekku.

“Lisa, bagaimana kalau elu berhenti main dan cuma menemani kita-kita saja? Toh uang elu juga sudah hampir habis,” kataku.

“Ok, aku sudah capek juga lagipula,” katanya menyetujui.

“Tapi untuk membuat taruhannya jadi menarik, elu harus menemani pemenang selama satu putaran,” tambahku menjelaskan.

“Boleh, terserah saja,” jawab Lisa.

Rony melafalkan nama Maria dengan mulutnya tanpa bersuara kepadaku sehingga aku dengan enggan melanjutkan, “Jadi elu harus menuruti perintah siapa pun pemenang di putaran itu, Lisa.”

“Jadi kalau kamu tidak menang, berarti tidak ada yang mengambili minuman untukmu lagi,” Lisa bercanda.

Ron lalu pura-pura bertanya, “Jadi kalau gue menang, dia harus menuruti perintah gue seperti dia menurut perintah elu?”

“Iya!” jawabku.

“Hanya untuk satu putaran,” tambah Karel. “Setelah itu pemenang putaran berikutnya yang akan memegang remote.”

Mario berpikir menggunakan remote TV sebagai simbol merupakan ide yang cemerlang lalu ia meraih remote TV dari meja dan berkata, “Siapapun yang pegang remote ini bisa mengontrol dia.”

Mendengar semua ini jelas-jelas membuat Lisa tersinggung. Ia marah. Bahkan terhadapku juga. Aku masih dapat memperbaiki ini semua tapi aku tidak dapat memperbaiki keadaan jika ia tahu tentang Maria. Oleh karena itulah aku harus berlagak seakan-akan aku menginginkan ia melakukan ini semua. “Apa bagaimana menurut elu, sayang?” tanyaku kepadanya.

Ia memandangiku menunggu isyarat bahwa aku menyetujui hal ini. Ron bersandar ke arah belakang Lisa sehingga ia tidak dapat melihatnya. Lalu ia melafalkan nama Maria tanpa bersuara dengan mulutnya sambil mengangkat kedua bahunya. Terlihat jelas ia ingin aku juga mengangkat bahuku untuk menunjukkan sikap setuju. Akhirnya aku mengangkat kedua bahuku.

“Oke, aku setuju.”

Mario menaruh remote di tengah-tengah meja tempat chip-chip taruhan diletakkan dan kami mulai permainan itu. Kami bermain beberapa set dalam satu putaran, jadi dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit sampai ada pemenang untuk satu putaran. Dan pemenang putaran pertama adalah Karel. Ia meraih remote itu.

Ia menyuruh Lisa mengambilkan minuman untuknya seperti yang biasa kuperintahkan kepada dia. Lisa baru saja hendak berdiri meninggalkan ruangan ketika Karel menyatakan bahwa ia hanya bercanda. Ia lebih memilih menyuruhnya duduk di samping menemaninya untuk membawa keberuntungan di set berikutnya. Lisa berdiri dan berjalan menghampiri Karel lalu berdiri di sampingnya. Menit berikutnya Karel berkata, “Kamu boleh duduk di sini, Lisa.” Ia mengeluarkan pahanya.

Lisa tidak akan melakukannya. Aku tahu ia akan segera membantah dan Rony dapat menelan semua kata-katanya tentang Lisa tidak memiliki pendiriannya sendiri. Semua ini akan segera berakhir. Lisa terus memandangiku menunggu persetujuan dariku. “Apa kamu benar-benar mau aku melakukan apa yang mereka perintahkan?”

Kemudian aku melihat Ron memberi isyarat sesuatu tentang Maria lagi dan menyuruhku untuk mengangkat kedua bahuku. Aku kembali mengangkat bahuku lalu Lisa duduk di pangkuan Karel! Kemudian Lisa berkata, “Terserah, tapi aku tidak mau membuatmu marah. Jadi kasih tahu aku jika kamu mau aku berhenti, sayang.” Coba saja ia tahu bahwa aku tidak dapat menyuruhnya untuk berhenti namun aku mempercayainya dan tidak mungkin ia terus duduk di pangkuan para pria ini hanya karena aku tidak berkeberatan.

Aku duduk memperhatikan istriku memandangiku dari seberang meja, duduk di pangkuan pria lain. Setelah beberapa set, satu putaran akhirnya berakhir. Mario kali ini keluar sebagai pemenang dan meraih remote dari tangan Karel.

“Ah, penyia-nyian saja,” katanya kepada Karel. “Ayo mana remotenya!” Ia berbalik ke istriku dan berkata, “Lisa…”

“Apa, Mario?” sahutnya.

“Hei, panggil aku sayang dong. Aku kan yang pegang remotenya, ayo,” Mario mengejek.

Lisa terdiam beberapa detik lalu berkata, “Apa, sayang?”

“Tadi sebelumnya kami menduga-duga, apakah kamu memakai BH di balik kaos itu?”

Lisa terdiam lagi sebentar sebelum akhirnya menjawab, “Tidak.”

“Berhubung kelihatannya kamu tidak suka mengenakan pakaian dalam, bagaimana kalau kamu melepaskan celana dalammu juga?” Mario berkata sambil berpura-pura menekan tombol di remote TV itu.

Lisa menatapku lagi selama beberapa detik lalu akhirnya berdiri. Dia mendesah dalam-dalam kemudian menurunkan celana dalamnya dan menanggalkannya. Selama dalam proses melepaskan celana dalam itu, Lisa menjaga dengan amat sangat hati-hati agar rok mini yang dipakainya tetap pada tempatnya sehingga menutup tubuhnya setiap saat. Setelah selesai melepaskan celana dalamnya, Lisa duduk di kursinya.

Beberapa set berikutnya putaran tersebut akan segera berakhir. “Sial, gue udah mulai kalah nih! Lisa duduk di sini seperti yang kamu lakukan ke Karel. Mungkin bisa membawa keberuntungan untuk set yang terakhir ini,” kata Mario.

Lisa berdiri dan menghampirinya. Kali ini keadaan lebih parah dari yang sebelumnya dan aku yakin Lisa dapat melihat perbedaannya. Kalau Karel masih mengenakan celana panjang, namun Mario hanya mengenakan celana pendek dan sekarang ia tidak mengenakan apa-apa di balik rok mininya itu.

Mario mengeluarkan lutut kanannya yang tidak tertutup kain celana itu untuk Lisa duduk di atasnya. Dan Lisa dengan perlahan duduk menyamping pada paha Mario. Aku benar-benar tidak habis pikir! Tidakkah ia menyadari bahwa bagian tubuh pribadinya menyentuh langsung, kulit bertemu kulit, paha temanku yang tidak terlapisi kain itu?! Dan tidakkah ia sadar kalau ini sudah keterlaluan?!

Akhirnya set itu berakhir dan Mario keluar sebagai pemenang sekali lagi. Setelah beberapa set berlalu ia berkata, “Lisa, kamu ini tidak sopan deh. Ayo, menghadap ke meja.” Lisa memutar kepalanya sedikit.

“Bukan, maksud aku badan kamu yang menghadap ke meja. Nih kakimu putar ke depan supaya tubuh kamu menghadap ke meja dan dapat mengikuti permainan dengan lebih baik,” perintahnya.

Lisa tahu apa yang Mario inginkan dan aku merasa lega ia tidak berniat untuk memberikannya kepada Mario. Lisa memindahkan kakinya dari posisi duduk melintang pada paha Mario ke posisi dengan kedua pahanya sejajar dan melewati lutut kanan Mario. Namun Lisa tetap mengepit kedua kakinya rapat-rapat. Mario berharap agar Lisa mengangkangi pahanya karena ia sudah tidak mengenakan celana dalam lagi. Akan tetapi aku sungguh bangga karena Lisa masih menjaga dirinya tetap santun dengan tidak membuka kakinya.

Selama beberapa set berikutnya aku memperhatikan baik-baik bagaimana istriku duduk yang ternyata sulit ditebak karena terhalang oleh rok mininya. Namun kelihatannya Lisa berusaha sangat keras untuk menjaga keseimbangan tubuhnya dalam posisi duduk di atas paha kanan Mario dengan kedua kakinya terkatup rapat. Ujung kaki Lisa hampir-hampir tidak menyentuh lantai. Itu pun cukup membantu meringankan sedikit beban tubuhnya sehingga ia dapat tetap pada posisi yang aman. Lalu Mario mengangkat paha kanannya beberapa sentimeter dari lantai dengan menginjakkan kaki kanannya ke kaki yang lainnya.

Lisa tak dapat menjaga keseimbangannya dan akhirnya harus meletakkan kedua kakinya ke lantai. Dan satu-satunya cara adalah dengan meletakkan kedua kakinya di kanan dan kiri paha Mario. Ya, benar, Lisa harus mengangkangi paha Mario! Roknya masih menutupi semuanya itu tapi aku tahu benar bahwa Mario dapat merasakan vagina Lisa bersentuhan langsung dengan pahanya. Kulit bertemu kulit!

Pada akhir-akhir putaran itu Mario menggerak-gerakkan kaki kanannya dengan perlahan. Perlahan-lahan naik kemudian perlahan-lahan turun. Naik-turun, naik-turun, begitu seterusnya dengan perlahan-lahan. Mario berusaha sebisa mungkin untuk membuat istriku terangsang! Rony memenangkan putaran kali ini dan mengambil alih remote.

Lisa hendak berdiri dari pangkuan Mario tapi Rony menyuruhnya untuk tetap duduk di pangkuan Mario. Mario mengacungkan jempolnya ke Rony sebagai tanda terima kasihnya. Lalu ia kembali menaikturunkan kaki kanannya untuk memberi Lisa ‘tunggangan’ pahanya. Setelah set berikutnya Rony bertanya kepada Lisa, “Mengapa kamu enggak memakai BH malam ini, Lisa? Untuk pamer?”

“Tidak, Ron! Dengan kaos seperti ini kadang-kadang aku memang tidak memakai BH!” Lisa mengejek balik.

“Ah masa sih? Karena kamu suka pamer, aku perintahkan kamu untuk melepaskan kaos kamu. Tentunya asal Budi tidak keberatan.” Kemudian semua pandangan jatuh padaku. Aku tidak dapat berkata apa-apa karena Rony akan membongkar rahasia perselingkuhanku dengan Maria. Dengan enggan aku mengangkat kedua bahuku dan menaruh seluruh kepercayaanku ke Lisa. Ia pasti punya batas sejauh mana keputusannya dan aku yakin kali ini pasti sudah mencapai batasnya.

Rony melanjutkan, “Begini deh, walaupun jelas-jelas Budi enggak keberatan, aku tahu kalau ini pasti susah buat kamu, Lis. Jadi aku akan kasih kamu pilihan. Aku suka melihat kaos yang kamu pakai. Ketat dan seksi. Tapi tujuan tidak memakai BH adalah untuk melihat tonjolan puting dari balik kaos itu. Dan saat ini aku tidak melihat apa-apa. Jadi begini deh, aku kasih kamu waktu sampai set berikutnya selesai. Kamu urus deh masalah itu atau kamu harus melepaskan kaos kamu. Terserah kamu, Lisa.”

Karel membagikan kartu tanda set ini sudah dimulai. Lisa meraih sebotol bir dingin dan menempelkannya ke dadanya selama beberapa detik. Ia melepaskan botol itu dan masih mendapati putingnya belum mengeras. Aku menjadi sedikit lega karena setidaknya ia tidak terangsang oleh semua ini. Well, setidaknya sampai saat ini.

Set ini akan segera berakhir ketika Rony berkicau, “Sudah hampir waktunya untuk melepaskan kaosmu, Lisa.”

Lalu Lisa mendesah dan mulai memilin puting susunya yang masih tertutup kaos di depan semua orang! Semua ini terlihat seperti dalam adegan gerak lambat: Istriku menunggangi paha Mario sambil meremas-remas payudaranya sendiri sementara tubuhnya bergerak naik turun dengan perlahan akibat Mario yang menggenjot paha kanannya naik turun. Mengapa ia tidak mengambil keputusan sendiri dan menyudahi semua ini?!

“Waktunya habis!” Ron berseru setelah set tersebut selesai. Lisa mencubit putingnya dengan keras untuk yang terakhir kalinya dan meletakkan tangannya di kedua sisi tubuhnya. Ron menatap payudaranya dan berkata, “Nah begitu dong. Yah, boleh lah.” Kini semuanya dapat melihat dengan jelas tonjolan puting susunya dari balik kaos putihnya.

“Oke, jaga supaya terus seperti itu sampai akhir putaran ini supaya kamu enggak usah buka kaos itu,” Ron menyimpulkan perintahnya.

Putaran tersebut berakhir kurang lebih 5 menit setelah itu. Dan dalam 5 menit itu aku melihat adegan istriku menunggangi paha Mario sambil meremas-remas payudaranya sendiri demi menjaga agar putingnya tetap tegang. Namun dalam menit terakhir aku melihat ia berhenti meremas-remas buah dadanya sendiri. Dan putingnya masih mengeras!!

Mario memenangkan putaran tersebut dan meraih remote. Raut wajahnya berubah dan sorotan matanya menjadi nakal. Ia tidak berkata apa pun sampai set pertama selesai. Ia terus menggerak-gerakkan kaki kanannya; naik dengan perlahan lalu turun lagi dengan perlahan. Lisa masih tidak menyentuh payudaranya sendiri sampai saat itu namun tonjolan puting susunya masih terlihat, bahkan terlihat lebih menonjol dari sebelumnya.

Lalu Mario bertanya kepadanya, “Lisa, apakah puting susu kamu masih tegang?”

“Iya, Mario,” Lisa menjawab dengan ketus.

“Tapi sudah beberapa menit ini kamu kan enggak menyentuh dada kamu? Kok bisa sih puting kamu masih tegang?” tanyanya lagi.

“Aku rasa ruangan ini dingin!” Lisa menjawab dengan nada yang kasar. Ia tidak memberikan apa yang Mario ingin dengar.

“Lisa, aku akan kasih kamu tawaran yang lebih baik dari tawaran Rony. Aku akan bertanya 2 hal dan kalau kamu menjawab dengan jujur, aku tidak akan memberi perintah apa-apa lagi sampai putaran ini berakhir. Kamu bisa duduk dan menonton permainan ini.”

“Boleh. Apa?” Lisa bertanya.

Mario masih mengangkat tubuh Lisa naik dan turun secara perlahan dengan pahanya. Lalu ia menahan kakinya di atas sehingga kedua kaki Lisa yang berada di kedua sisi pahanya itu terlihat kelelahan.

“Apa???!” Lisa bertanya lagi.

Mario menunggu sejenak lalu mengangkat kaki kanannya sedikit lagi dan menahannya di atas. Lisa harus membiarkan seluruh berat tubuhnya tertopang pada paha Mario. “Pertanyaan pertama: Apakah pahaku basah?”

Lisa terdiam sejenak lalu menjawab, “Ya, sedikit.”

Suasana menjadi sangat hening. Kemudian Mario berkata, “Pertanyaan kedua: Sebenarnya hanya sedikit basah atau sangat basah?”

“Aku rasa sedikit lebih basah deh, sama saja!” Lisa menjawab balik. Lisa benar-benar kesal terhadap Mario sekarang.

Mario membagikan kartu untuk set berikutnya lalu berkata, “Kalau saja kamu menjawab dengan jujur, aku pasti melepaskan kamu sampai akhir putaran ini.”

Lisa beseru, “Aku sudah jawab tadi, apa sih yang kamu mau?” Mario kemudian mengulangi pertanyaan awalnya, “Apakah pahaku ini sesungguhnya hanya sedikit basah atau sangat basah? Cuma dua pilihan kok, hanya sedikit atau sangat? Yang mana, Lisa?”

Aku rasa Lisa menyadari bahwa ini adalah paha Mario jadi sudah pasti Mario tahu kebenaran yang sesungguhnya. Akhirnya Lisa menjawab dengan suara yang pelan, “Sangat.”

Itu adalah jawaban yang parah untuk didengar. Walaupun tidak mau mengakuinya, Lisa baru saja mengatakan kepada teman-temanku bahwa dirinya menjadi sangat basah karena melakukan ini semua di depan mereka! Yah, setidaknya malam sudah begitu larut sehingga permainan akan segera berakhir.

Rony keluar sebagai pemenang di putaran tersebut dan menyuruh Lisa kembali duduk di kursinya sendiri. Ia meraih remote dan mengatakan bahwa supaya adil, ia akan kembali ke sistem memberi pilihan kepada Lisa. Rony memberi istriku pilihan: menanggalkan rok mininya atau melepaskan seluruh pakaianku dengan hanya meninggalkan celana dalamku dan mengikat tubuhku kuat-kuat di kursi sehingga aku tidak bisa bergerak sampai putaran tersebut berakhir. Ron menjelaskan bahwa Lisa akan memberikan pertunjukan seksi untukku dan aku ingin memastikan bahwa aku tidak dapat menyentuh dirinya. Tentu saja Ron kembali meminta persetujuanku dan apa yang dapat aku katakan dengan Ron yang bersiap untuk membeberkan perselingkuhanku. Aku kembali hanya berharap agar istriku tidak melakukan hal yang membutuhkan interferensi fisik dariku.

Lisa mulai melucuti seluruh pakaianku dan mengikat tubuhku. Sampai akhir putaran barulah Rony menyatakan bahwa ikatannya cukup kuat. Dan memang benar, aku tidak dapat bergerak sedikitpun kecuali pergelangan tangan dan kepalaku. Karel kemudian menyeret kursiku pindah ke ruang keluarga. Saat itulah aku mulai menjadi khawatir. Pria-pria ini bukanlah pemerkosa dan lagipula istriku tidak akan pernah melakukan hal-hal yang benar-benar seksual kepada mereka, tapi apa yang sedang terjadi??!

Mereka mulai menjelaskan sesuatu kepada Lisa di ruang kartu tempat kami bermain kartu tadi namun aku tidak dapat mendengarnya. Sesuatu yang berhubungan dengan video kamera. Kira-kira sepuluh menit berikutnya, mereka sudah menemukan kedua video kameraku. Aku masih menduga-duga apa yang mereka rencanakan. Dan sudah pasti Lisa tidak akan setuju mereka merekam dirinya mengenakan kaos ketat itu!

Karel masuk dan menyalakan TV yang diset sehingga menayangkan video kamera dari ruang kartu. Video kamera itu ditaruh di tempat aku duduk sebelumnya sehingga aku dapat melihat istriku sedang menunggangi paha Rony.

Kemudian melalui ikatan yang dibuat Lisa tadi, Karel meraih celana dalamku lalu menariknya turun sampai ke lututku! “Hei, apa-apaan nih?!” aku berteriak.

“Nih!” jawab Karel dan ia meletakkan video kameraku yang lainnya di atas DVD player dan mengarah tepat ke tengah-tengah selangkanganku. Apa si Karel ini homo, pikirku. Lalu ia menyalakan stereo dengan suara yang besar dan pergi meninggalkan ruangan itu. Aku berteriak memanggilnya namun ia tidak dapat mendengar dari balik dentuman musik yang keras.

Aku memperhatikan TV dengan seksama untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dengan suara musik yang keras, aku masih dapat mendengar percakapan mereka dari TV. Mereka mulai bercerita tentang semua omong kosong tentang aku yang mempunyai fantasi seksual untuk melihatnya berhubungan seks dengan mereka semua. Rony menjelaskan bahwa akulah yang merencanakan ini semua dan karena itulah aku tidak keberatan sama sekali atas semua ini dan membiarkan diriku diikat. Lalu di atas meja mereka letakkan TV kecil yang mereka ambil dari dapur. Walaupun aku tidak dapat melihatnya, namun aku tahu apa yang ditayangkan di TV itu. Rony menjelaskan bahwa dengan cara ini aku tidak kehilangan kontrol setelah semua ini dimulai dan TV di atas meja itulah yang menjadi signal dariku apakah harus lanjut terus atau berhenti.

Rony menyalakan TV tersebut. Aku memandang ke arah penisku untuk melihat apa yang sedang Lisa lihat. “Penisnya keras Lisa, berarti dia mau kamu untuk lanjut terus. Itu petunjuk yang dia berikan kepada kita.” “Lisa tidak mungkin percaya! Tidak mungkin!” aku berkata kepada diriku sendiri dalam hati.

Lisa menatap layar TV yang memperlihatkan penisku lalu menatap ke arah video kamera di tempat aku duduk sebelumnya. Aku melihat istriku menatapku melalui layar TV. “Ayolah, Lisa! Jangan mau jatuh ke dalam perangkap mereka!!” aku berdoa. Lalu ia bertanya kepada Rony, “OK, jadi kalau penisnya melembek berarti itu signal bahwa kita harus berhenti?”

Rony menjawab, “Iya, dia bilang kalau penisnya sudah tidak ereksi berarti dia sudah tidak terangsang lagi oleh ini semua dan kita semua harus berhenti saat itu juga.”

Lisa kembali melihat ke layar TV yang masih memperlihatkan penisku yang keras dan menggelengkan kepalanya dengan perlahan seakan-akan ia baru mengerti semua ini. Aku mulai berpikir apa saja selain seks tapi tidak mungkin untuk membuat penisku melembek. Kemudian Karel berkata bahwa aku berharap tiap orang dapat ikut ambil bagian sehingga ia harus menuruti perintah mereka seperti mereka telah memenangkan satu putaran.

“Lisa, berdiri,” perintah Mario setelah ia pindah ke belakang Lisa melepaskan celana panjang dan celana dalamnya. “Membungkuk dan rebahkan tubuhmu di atas meja. Dan posisikan wajahmu dekat dengan kamera,” perintah Rony. Lisa merebahkan tubuh bagian atasnya ke atas meja dan wajahnya memenuhi seluruh layar TV di depanku karena wajahnya begitu dekat dengan kamera yang dipasang di tempat dudukku.

Aku melihat ia memalingkan wajah untuk melihat ke arah monitor untuk mengecek ulang keadaan penisku. Sial, mengapa penisku masih keras!?! Mario berdiri di belakangnya dan menaikkan roknya sedikit. Lalu ia menampar pantat Lisa dengan keras! Lisa terlonjak tapi tidak memprotes. Rony dan Karel kemudian juga bergerak ke belakangnya dan mulai menanggalkan celana panjang beserta celana dalam mereka.

Lisa memandang ke kamera dan mengisyaratkan dengan mulutnya, “Aku sayang kamu” kepadaku. Kurang ajar, bagaimana mungkin ia percaya bahwa aku menginginkannya melakukan ini untukku?

Rony berkata, “Aku rasa sekarang sebaiknya kamu melepaskan kaosmu.” Lisa mengangkat tubuhnya sedikit dan melepaskan kaosnya. Kedua payudaranya sekarang tertekan di atas meja.

Kemudian Rony bertanya, “Lisa apakah kamu siap untuk memberikan pertunjukan yang indah kepada suami kamu?”

Karel berkata kalau ia mendapat ide lalu pergi mengambil sesuatu. Ia kembali dengan sebuah buku dan mulai menulis sesuatu dengan bantuan Rony dan Mario. Kemudian mereka memberikan buku itu kepadanya.

Rony kemudian bertanya sekali lagi, “Apakah kamu siap untuk memberikan pertunjukan yang indah untuk fantasi suamimu? Nih, untuk membuat ini menjadi lebih enak, setiap kali kami sebut suatu angka, kamu harus membacakan dengan keras apa yang tertera di buku ini.”

Lisa membaca tulisan di buku itu lalu melihat ke TV dan mendapati penisku yang masih keras. Ia ingin semua ini berakhir, aku tahu itu, akan tetapi aku tidak mampu melenyapkan ereksiku. Seberapa gigihnya aku mencoba, penisku tetap sekeras batu.

Rony membungkuk dan menulis beberapa kata lagi di buku itu. Setelah itu, ia bergabung bersama Karel dan Mario dan berkata, “OK, Lisa, nomor 1.”

Tanpa perasaan ia membaca tulisan itu datar, “Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua.”

Rony menampar pantatnya dan berkata, “Ingat, ini fantasi Budi. Mana percaya dia sama omongan seperti itu? Ayo ucapkan sekali lagi, kali ini buat dia pikir bahwa kamu sungguh-sungguh menginginkannya!”

“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” Lisa berseru lebih kencang kali ini dan kedengarannya cukup dapat dipercaya. Aku tidak bisa mempercayai kalau ia benar-benar akan melakukan ini semua.

Mario maju menghampirinya dari belakang. Aku tidak dapat memastikan apakah ia benar-benar berada di dalam istriku atau tidak namun wajah Lisa mulai bergerak-gerak sedikit maju ke arah kamera. Mario pasti sedang mendorong tubuh Lisa dengan penisnya. Lisa mengecek ke monitor TV dan Rony berkata, “Dia masih ingin kita meneruskan semua ini, Lisa.”

Setelah itu Lisa mulai bergoyang-goyang maju mundur dan tidak ada keraguan dalam diriku lagi bahwa ia sedang berhubungan seks dengan Mario, aku melihatnya tepat di depan monitor TV di depanku. Kali ini aku yakin seyakin-yakinnya! Aku berusaha melepaskan diri dari ikatan tapi usahaku sia-sia.

“Nomor dua!” Mario berseru dari belakang. “Rasanya enak sekali dimasukin elu!” kata Lisa setengah mendesah.

“Enak dimasukin siapa?” Rony bertanya.

Lisa menunggu sejenak lalu menoleh ke belakang dan menjawab, “Mario.”

“Nomor enam!” Mario berseru. Lisa kembali merujuk ke buku lalu wajahnya memelas.

“Tampar pantat gue!” kata Lisa.

Mario menampar pantatnya dengan keras dan pada saat yang sama berteriak, “Nomor tujuh!”

“LAGI!” seru Lisa.

Kemudian sebuah tamparan diluncurkan lalu ia dipaksa untuk memintanya lagi dan sebuah tamparan lagi. Ini berlangsung lebih dari satu menit. “Lagi,” rengek Lisa. Setelah itu satu tamparan keras terakhir dari Mario sebelum akhirnya ia mundur. Apakah ia sudah ‘keluar’? Apakah ia mengeluarkannya di dalam istriku?! Aku tidak tahu.

Mario bergeser dan tempatnya di ambil oleh Karel.

“Nomor SATU!” Rony berseru.

“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” kata Lisa.

Seperti sebelumnya Lisa terdorong mendekat ke kamera, namun ada yang beda kali ini. Ia terlihat kaget.

“NOMOR DELAPAN!” seru Karel.

“Gua suka kontol yang gede kaya begini di dalam gua,” kata Lisa.

Sambil memompanya dari belakang, Karel membungkuk dan bertanya tepat di telinga Lisa, “Elu suka kontol* sama kontol gede kan, Lisa?”

Lisa tidak memberi jawaban, jadi Rony berseru dari samping, “Nomor delapan!”

“Gua suka kontol yang gede kaya begini di dalam gua,” jawab Lisa.

Lisa masih bergoyang-goyang maju mundur di depan kamera karena hentakan pinggul Karel.

Karel membungkuk lagi dan tepat di telinga Lisa ia bertanya dengan keras sehingga semua orang di ruangan itu dan aku yang berada di ruang sebelah dapat mendengar, “Elu suka kontol gede gua ngentotin elu, kan?”

Tidak ada jawaban. Karel masih tetap membungkuk dengan mulutnya menempel di telinga Lisa sambil terus memompa penisnya ke dalam Lisa. Wajah Lisa tertunduk ke bawah menghadap meja. Karel menjambak rambutnya dan menarik wajahnya ke atas sehingga wajahnya kini memandang tepat ke kamera dan bertanya sekali lagi, “Elu suka kontol gede gua ngentotin elu, kan, Lisa?”

Lagi-lagi tidak ada jawaban. Rahang Lisa terkatup rapat dan goyangan tubuhnya semakin cepat karena Karel benar-benar memompa ke dalam tubuhnya dengan penuh tenaga. Lisa membuka matanya dan memandangi langit-langit, terlihat jelas ia berusaha untuk menoleh ke samping tetapi Karel mencengkram rambutnya kuat-kuat. Mulutnya masih berada di telinga Lisa dan terus berbicara kepadanya. Kini ia menggenjot sekuat yang ia bisa dan bertanya sekali lagi, “Elu suka kontol gede gue ngentotin elu, kan, LISA?”

Lisa berteriak dari balik rahangnya yang terkatup, “IYAAAA!” Tidak ada nomor yang disebut kali ini! Jawaban itu keluar dari dirinya sendiri! Ia pasti hanya mencoba menjawab apa yang mereka ingin dengarkan. Aku hanya bisa berharap itu.

“Sudah gua duga,” kata Karel. "Sekarang katakan sesuatu kepada suamimu yang sedang menonton kamu sekarang Lisa. Ayo cepat..." Kata Karel sambil terus menggoyang Lisa dengan cepat.

Dengan tubuh terguncang-guncang karena tengah di setubuhi Karel dari belakang, Lisa menatap sayu ke arah kamera. Dapat kulihat wajahnya yang cantik tengah di landa gairah. Aku yakin, dia tengah merasakan kenikmatan luar biasa saat ini.

"Bud..." Lisa memandangku melalui kamera dan memanggil namaku, Oh... ahh.., Bud. Kamu senang menyaksikan aku di entot orang lain Bud? Ohh..., terimakasih sayang.... Oh..., aku sangat menyukainya sayang. Kau juga kanhhh...ahh..."

Suara dalam kepalaku berteriak-teriak "IYA...!!! AKU MENYUKAINYA...!!!"

Karel lalu menyetubuhi Lisa dengan cepat lalu memisahkan diri dari Lisa. Ro kini yang maju.


“Nomor satu,” kata Ron.

“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” rengek Lisa.

Aku dapat melihat bahwa Lisa sudah lelah tapi aku tahu Rony harus mendapat gilirannya juga. Ia menyuruh Lisa untuk berdiri lalu mereka menggeser meja itu ke samping, meninggalkan satu kursi di tengah-tengah dan Rony duduk di sana menghadap ke kamera. Ia menyuruh Lisa untuk melepaskan rok mininya sebagai pakaian terakhirnya dan ia menurut.

“Lisa duduk di pangkuan gua, menghadap ke kamera. Trus ngentotin gua, karena elu bilang elu horny,” perintah Rony. Ia menghampiri Rony, memutar tubuhnya menghadap kamera lalu duduk di pangkuan Rony. “Oh enggak dong, gua enggak suka becek yang bekas orang lain. Nomor sepuluh, Lisa.”

Lisa membaca tulisan di buku itu lalu melihat ke arah monitor TV. “Gua mau dientot di anus,” katanya. Bahkan aku tidak pernah melakukan ini dengannya dan sekarang ia akan melakukannya dengan Rony, untuk pertama kalinya! Setelah mengecek keberadaan penisku di monitor TV untuk kesekian kalinya akhirnya ia dengan perlahan duduk di pangkuan Rony.

Rony mengarahkan penisnya ke liang duburnya. Aku dapat melihat semuanya dengan jelas. Tubuh Lisa basah oleh keringat sehingga pantatnya hanya bergerak turun secara perlahan menelan batang kemaluan Rony sampai ia duduk sepenuhnya di pangkuan Rony. Tentu dengan penis Rony bersarang di liang duburnya. Rony membuka kedua kaki Lisa lebar-lebar sehingga kami semua dapat melihat apa yang terjadi. Lalu ia memberi perintah, “Sekarang, ngentotin gua Lisa! Ayo, kasih pertunjukan yang bagus!! Gerakin tuh pantat secepat yang elu bisa!”

Dengan penis Rony di anusnya, Lisa mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan melingkar, Lisa mulai menunggangi Rony! Sementara Rony hanya duduk diam, istrikulah yang melakukan semua gerakan sensual itu. Mario mengambil buku itu dan menaruhnya di tangan Lisa lalu berkata, “Nomor sebelas.”

Gerakannya menjadi sedikit melambat agar dapat membaca tulisan itu lalu berkata, “Minta kontol lain dimasukin ke gua dong.” Penis Rony sudah berada di dalam anusnya, kini Karel maju di hadapannya, berdiri tegak. Karena terhalang punggung Karel, aku tidak dapat melihat apa-apa sekarang, kecuali kepalanya. Dan Karel segera mulai memompa tubuh Lisa. Kini ada dua penis yang masuk ke dalam tubuh istriku. Menerima dua penetrasi sekaligus, tubuhnya benar-benar lemas dan tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menghentikan ini semua!

Mario berjalan menuju ke wajahnya dan mengeluarkan penisnya ke arah mulutnya. Lalu Lisa mulai menghisap penis itu! Tidak ada nomor yang disebut, tidak ada perintah yang diucapkan, tidak ada apa-apa, dan ia langsung melahap dengan mulutnya. Dengan satu penis di dalam vaginanya, satu di dalam anusnya, dan satu di dalam mulutnya, Lisa mulai mendesah seperti kesurupan. Desahannya benar-benar keras, lagi dan lagi. “Mmmmppphhhhhh mmmpphhhhh….” Lisa sudah hampir berorgasme, lebih kuat dari yang pernah aku lihat sebelumnya, aku dapat melihatnya.

Tiba-tiba mereka semua menarik mundur dengan cepat meninggalkan Lisa dengan nafas yang memburu kencang dan hampir berorgasme. Ia menjadi gila. Ia memandangi mereka dengan terengah-engah lalu menghampiri mereka setelah mendapat kekuatan untuk melangkah. Namun Ron menghentikannya dan berkata, “Jangan! Pakai lutut elu dan merangkak ke sini!” Dan ia menurut. Istriku merangkak dengan perlahan menghampiri mereka tetap dengan wajah yang dikuasai birahi yang meletup-letup.

Mario meraih video kamera lalu menyorotnya dari atas. Lisa memandang ke atas ke arah lensa kamera. Karel menampar salah satu payudaranya. “Mmmmmppphhh” keluar dari mulut Lisa. Apakah ia suka? Satu tamparan lagi. “Mmmppphhh,” ia mengerang lalu meremas-remas payudaranya sendiri. Satu tamparan lagi dan Rony memberi perintah, “Jangan klimaks dulu!” Aku berharap mereka dapat membiarkannya berorgasme sehingga ia dapat segera berhenti bertingkah seperti itu.

Mario masih menyorot kamera itu dari atasnya, sementara Rony dan Karel mulai menampari wajahnya dengan penis mereka. Lisa meraih kedua penis itu dan mulai mengocoknya dengan tangannya. Aku tidak pernah melihat Lisa terangsang separah ini sebelumnya!

Karel dan Rony hanya berdiri saja sementara Lisa mengocok penis mereka. Dan kelihatannya mereka berdua sudah mau mencapai klimaksnya. Lisa merasakan hal ini dan memandangi bergantian satu penis ke penis yang lain, mencoba memilih penis mana yang harus dihisapnya sehingga ia dapat menelan semburan sperma panas dari penis mereka. Akhirnya ia menghisap kedua penis itu bergantian. Lalu mereka berdua mulai mengejang dan Lisa menjadi panik. Tak ingin kelepasan salah satu dari penis itu, akhirnya ia memasukkan kedua penis itu ke dalam mulutnya. Dan pada saat yang bersamaan, kedua penis itu meletup dan memuntahkan lahar sperma ke dalam mulutnya sampai penuh meluap. Walaupun ia berusaha untuk menelan secepat mungkin, masih saja lelehan sperma itu mengalir dari pinggir bibirnya.

Mario kemudian memberikan kamera itu kepada Karel lalu bermasturbasi di depan Lisa. Ia mencoba menghentikan Mario karena ia belum mencapai klimaks dan ia sangat butuh penis yang masih keras. Namun terlambat, Mario memuncratkan cairan spermanya ke seluruh wajahnya. Lisa mulai bermasturbasi lagi agar dapat mencapai klimaks, namun lagi-lagi Rony menghentikannya. Ia memerintahkan Lisa, “Sana masuk ke ruang keluarga dan selesaikan dengan suami elu. Kasih tau dia betapa elu suka menjadi jalang malam ini!”

Lisa berlari masuk dan menerjang tubuhku. Teriakanku tenggelam dalam suara musik yang keras. Karena tidak dapat bergerak dalam ikatan di kursiku, aku hanya duduk dan menerima goyangan istriku. Mario, Rony dan Karel pergi sementara Lisa menggenjot penisku. Lisa mengeluarkan kata-kata cabul dan mengatakan betapa terangsangnya dia lalu berorgasme dengan dahsyat! Ia turun dari tubuhku, melepaskan ikatan-ikatanku lalu tak sadarkan diri di lantai.

**********************************************************************

Butuh hampir satu bulan untuk memulihkan kehidupanku setelah lewat malam keparat itu. Aku sangat mencintai istriku sehingga aku harus menerima bahwa semua itu adalah salahku dan Lisa hanya melakukannya karena ia mencintaiku dan berpikir bahwa semua itu tak lain adalah keinginanku. Lisa sendiri tidak pernah menyinggung kejadian malam itu denganku. Dan kupikir selama aku tidak bertemu dengan Rony, Mario dan Karel lagi, semuanya akan berakhir sampai di sini. Namun setelah itu aku mendapat e-mail dari Rony.

E-mail tersebut berisi foto Mario sedang bersetubuh dengan istriku dari belakang. Foto ini diambil dari kejadian malam itu! Mario bukan hanya menggunakan kamera-kamera itu sebagai alat tayang pada malam tersebut melainkan ia juga menggunakannya sebagai alat rekam atas semua yang terjadi malam itu. E-mail itu juga berisi penjelasan bahwa jika aku tidak meminta satu permohonan kepada istriku, mereka akan menyebarluaskan seluruh video rekaman ke semua orang yang kami kenal. Teman kerja istriku, teman-teman kantorku, keluarga kami, semua orang! Permohonan yang mereka ajukan sederhana saja: Mereka ingin aku mengatakan kepada istriku bahwa aku sangat terangsang atas apa yang terjadi malam itu dan bahwa aku ingin ia mengenakan pakaian yang ia kenakan malam itu, membawa video kamera, datang ke rumah Rony, dan dalam beberapa jam itu ia harus menuruti semua perkataan mereka sama seperti yang ia lakukan di malam itu. Di e-mail itu dijelaskan pula bahwa selama Lisa melakukan semuanya itu mereka tidak akan menyebarkan video rekaman itu ke siapapun dan bahkan mereka mungkin memberikan video-video itu kepada istriku setelah selesai.

Aku harus menuruti permintaan mereka. Aku harus mendapatkan kembali video-video itu sehingga semua ini dapat berakhir. Memang memalukan namun aku memaksa diriku untuk datang ke istriku dan menjelaskan permintaanku untuk kali ini saja karena aku sangat terangsang dengan kejadian malam itu dan memastikan agar ia harus membawa balik video rekamannya. Kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya sebelum ia pergi adalah, "Aku melakukan ini semua hanya untukmu, Bud. Aku sayang kamu."

Empat jam kemudian istriku kembali dengan wajah yang sangat lelah dan rambutnya berantakan. Saat aku hendak memeluk dirinya ia menghentikanku. Lisa mencampakkan sebuah kaset video ke tanganku dan berkata, "Nih, ini yang kau inginkan." Tanpa berhenti, ia terus berjalan masuk ke kamar. Lisa benar-benar kesal memikirkan aku mengirimnya untuk melakukan ini semua. Namun sebenarnya aku hanya ingin menyelamatkan pernikahan kami. Aku bergegas ke ruang keluarga dan memastikan bahwa kaset video ini benar-benar berisi kejadian malam permainan kartu itu.

Aku menarik kursiku mendekat ke TV dan menekan tombol "play". Setelah beberapa detik, pada layar TV-ku aku melihat sebuah ruangan namun bukan ruangan tempat kami bermain kartu! Yang kulihat adalah sebuah ruang keluarga dengan dua sofa dan sebuah meja di antaranya. Karel duduk di salah satu sofa itu dan Rony duduk di sofa lainnya, jadi aku menduga Mario-lah yang memegang kamera. Istriku berdiri di samping meja dan kelihatannya sedang berbicara dengan Rony namun aku tidak dapat menangkap pembicaraan mereka dengan jelas karena Mario memegang kamera dari seberang ruangan. Video ini jelas-jelas bukan hasil rekaman malam itu! Mereka masih menyimpan kaset video tersebut dan mereka hanya memberikan hasil rekaman malam ini!

Perhatianku kembali ke layar televisi. Pengambilan gambar semakin mendekat saat Mario maju menghampiri mereka. Aku dapat mendengar suara Rony. "Jujur saja, gua ngga tau siapa, Lisa. Budi bilang dia akan mengirim seseorang datang kemari dan kita hanya boleh melakukan foreplay sampai orang itu datang." Lisa sangat kesal dan hal itu terlihat dari wajah Lisa yang termakan bualan Rony. Bagaimana bisa ia percaya aku mengirim seseorang ke sana sementara aku hanya menyuruhnya menuruti perkataan Rony, Mario dan Karel.

"Jadi sampai orang itu datang, apa yang ingin elu lakukan untuk foreplay, Lisa?" tanya Karel. Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa dan menunggu jawaban darinya. Lisa tidak menaruh minat sama sekali dan hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya. "Apa saja. Tidak ada pengaruhnya denganku."

Rony membungkuk meraih kolong meja dan menarik sebuah tas. Lalu ia menjelaskan, "Elu kelihatannya bosan jadi lebih baik kita segera mulai aja permainan ini. Kita bermain Truth or Dare (Jujur Atau Tantangan)."

"Lalu tas itu buat apa?" tanya Lisa.

"Isi tas ini akan membantu kita melakukan foreplay," jawab Rony sambil mengosongkan isi tas tersebut ke atas bangku. Walau tak bisa melihatnya di layar TV, aku dapat mengira isi tas itu adalah berbagai jenis sex toy.

"Kami membeli mainan ini untuk membantu permainan Truth or Dare ini menjadi lebih menari," Rony menambahkan penjelasannya.

Rony melanjutkan lagi, "Aturannya adalah secara bergiliran kita akan mengajukan satu pertanyaan. Elu punya satu kesempatan untuk menjawab dan kalau kita pikir elu menjawab dengan jujur, elu bisa lanjut ke pertanyaan berikutnya tanpa harus melakukan tantangan. Tapi kalau elu menolak untuk menjawab atau kalau kita pikir elu berbohong berarti elu harus menjalankan tantangan dari orang yang sedang mendapat giliran bertanya."

Rony meletakkan tangannya di atas mainan-mainan itu, "Dan seperti yang sudah gua bilang, mainan ini untuk membuat tantangannya menjadi lebih menarik."

Lisa tidak menjawab dan hanya menunduk menatap barang-barang yang Rony maksud. Kemudian Mario pasti duduk di salah satu bangku di sana karena pengambilan gambar video tersebut sedikit bergerak turun namun aku masih belum dapat melihat sex toy yang berada di hadapan Lisa.

"Sebelum kita memulai ini, elu harus melepaskan BH dan celana dalam seperti malam itu," perintah Mario.

Istriku memasukkan kedua tangannya ke balik kaosnya dan melepaskan kait BHnya. Lalu ia menarik BH itu keluar tanpa memperlihatkan tubuhnya kemudian dengan hati-hati ia menurunkan celana dalamnya sambil memastikan roknya tetap pada tempatnya. Lisa masih mencoba mempertahankan harga dirinya walau Rony, Mario dan Karel jelas-jelas mempunyai maksud yang berbeda.

"Silakan duduk di atas meja supaya kita bisa langsung mulai," kata Rony.

Lisa menurut. Ia duduk di atas meja, menyilangkan kakinya lalu menurunkan ujung roknya untuk menutupi pahanya, memastikan Ronny tidak mendapat 'tontonan gratis'.

"Baik, gua mulai duluan!" kata Karel. "Lisa, elu pasti sudah menduga akan bermain seks dengan kita malam ini, jadi kenapa elu masih juga mengenakan BH dan celana dalam?"

Aku tidak dapat melihat wajah Lisa karena Mario duduk di seberang meja di hadapan Karel. Lisa menjawab, "Aku tidak keluar rumah tanpa mengenakan pakaian dalam, Karel. Aku bukan pelacur!"

Rony lalu berkata, "Giliran gua. Ok, elu bilang kalau elu bukan pelacur tapi elu tetap datang kemari walau sudah tau bakalan berhubungan seks dengan kita, tiga laki-laki sekaligus dan elu sudah menikah. Pertanyaan gua: bukankah itu bisa dibilang pelacur?"

Lisa menoleh ke arah Rony dan dilihat dari raut wajahnya aku tahu ia marah sekali. "Tidak, itu tidak bisa dibilang pelacur! Aku melakukan semua ini untuk suamiku dan hanya itu saja alasanku!" jawab Lisa dengan suara yang keras.

Mario menginterupsi ketegangan suasana tersebut, "Ah terserah deh, sekarang giliran gua. Lisa, waktu malam itu dari antara kita, elu paling suka berhubungan seks sama siapa? Gua, Karel atau Rony?"

Istriku menundukkan kepala sejenak lalu kembali memandang Mario yang sedang mengambil gambar dengan kamera video di wajahnya. Lisa memandang langsung ke lensa kamera seakan-akan ia sedang memandang langsung ke arahku. "Elu, Mario, Ok? Itu kan yang elu mau dengar?" katanya dengan nada kesal.

"Ah gua bilang dia bohong! Dia jelas-jelas paling suka sama gua!" teriak Karel.

"Gua juga ga setuju," tambah Rony.

Mario lalu berkata, "Hei, gua sih percaya sama kata-kata elu, tapi elu tetap harus menjalankan tantangan karena mereka pikir elu berbohong."

Mario memandang tumpukan sex toy di atas bangku dekat Rony dan meraih salah satu mainan. Saat ia mengangkat tangannya aku melihat ia memegang sebuah penis dari karet. "Gua tantang elu untuk mengoral dildo ini selama 2 menit," perintahnya.

Lisa mengerling dan menjawab dengan pelan, "Baik."

Lalu Lisa mendekati kamera untuk mengambil dildo tersebut dari tangan Mario tapi ia berkata, "Eh bukan begitu, gua akan pegang ini selama elu melakukannya."

Mario memegang dildo itu dengan satu tangan sementara tangan lainnya masih memegang kamera. Wajah istriku mulai memenuhi layar TV saat ia membungkuk menghampiri penis palsu itu. Lisa memasukkan ujung dildo itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya dengan perlahan keluar masuk. Setelah beberapa kali hisapan Lisa mulai melahap hampir setengah panjang dildo itu.

"Elu bisa melakukannya dengan lebih hot, Lisa. Ayo dong!" seru Karel.

Lisa berhenti barang satu atau dua detik lalu dengan sangat perlahan ia mendorong seluruh panjang dildo itu masuk ke dalam mulutnya sampai ke batas di mana tangan Mario memegang dildo itu.

Lisa menarik mundur kepalanya sehingga dildo itu keluar dari mulutnya dengan perlahan lalu mendorong lagi kepalanya sehingga bibirnya menyentuh jari-jari Mario. Begitu seterusnya kepala Lisa naik turun dan seluruh panjang dildo itu keluar masuk mulutnya.

"Satu menit lagi, Lisa. Tatap gua selama elu menghisap dildo ini."

Air ludah Lisa mulai meleleh ke jari-jari Mario yang memegangi dildo itu dan selama satu menit berikutnya aku harus menyaksikan pengambilan close up wajah istriku yang sedang mengoral penis palsu yang dipegang Mario sambil matanya menatap ke lensa kamera.

Karel akhirnya menyatakan bahwa waktunya sudah habis dan kini gilirannya lagi. "Lisa, berapa ukuran BH elu?" tanyanya.

Istriku menjawab pertanyaan mudah ini dengan cepat, "34C."

Mereka sepakat bahwa Lisa menjawab dengan jujur.

"Dengan ukuran 34C, elu bisa menghisap puting elu sendiri dong?" tanya Rony.

Lisa menoleh ke arah Rony dan kelihatannya ia mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini. Setelah mengambil beberapa saat untuk memutuskan jawaban yang paling tepat akhirnya ia menjawab, "Iya, aku bisa."

Mario dan Karel langsung memprotes dan berkata bahwa mereka pikir Lisa berbohong dan harus melakukan tantangan dari Rony.

"Oke, untuk membuktikan ini, gua menantang elu untuk memasukkan salah satu puting susu elu ke dalam mulut elu, terus tanpa menggunakan tangan elu harus menahannya selama satu menit di dalam mulut elu," perintah Rony.

Lisa mendesah panjang sambil matanya melirik ke atas selama sesaat. Lalu ia mengangkat bagian bawah kaosnya ke sekeliling lehernya. Kedua payudaranya terpampang di hadapan semua yang berada di dalam ruangan itu! Lisa mendorong payudara kanannya ke arah mulutnya. Jarak antara payudara dan mulutnya masih jauh sehingga istriku harus menundukkan kepalanya dan menekan payudaranya sedikit lebih tinggi. Baru setelah itu ia dapat memasukkan puting susunya ke dalam mulut.

"Tanpa bantuan tangan!" teriak Rony.

Perlahan-lahan Lisa menurunkan tangannya sementara berusaha menahan puting susunya di dalam mulutnya dengan menghisapnya dengan kuat. Hanya dalam beberapa detik setelah menurunkan tangannya, Lisa mengeluarkan suara "Mmph" kecil setelah menyadari bahwa dirinya harus menghisap lebih kuat dari yang ia duga.

Pipinya kini menjadi kempot dan aku dapat mendengar deru nafas melalui hidungnya sementara ia bergumul untuk menahan putingnya.

Setelah satu menit berada di posisi yang memalukan, Lisa akhirnya diijinkan untuk melepaskan payudaranya. Lisa segera menurunkan kaosnya untuk menutupi dadanya.

Kini giliran Mario dan ia baru saja hendak melemparkan pertanyaan kepada Lisa saat bel rumah berbunyi. Lisa hendak bangkit berdiri dari meja namun Rony menyuruhnya untuk tetap duduk di sana. Lisa jelas-jelas kelihatan gugup dan cemas. Lalu ia menatap ke bawah untuk memastikan tubuhnya sudah tertutup dengan benar. Semuanya tertutup dengan benar hanya saja istriku tidak dapat berbuat apa-apa untuk menutupi puting susunya yang keras menegang terlihat menonjol dari balik kaosnya.

Karel berteriak, "Ayo masuk, pintunya tidak dikunci!"

Setelah itu aku melihat mulut istriku tiba-tiba menganga terbuka saat ia melihat siapa yang baru saja masuk.

Lisa langsung memalingkan wajahnya dari orang itu dan mengarahkan pandangannya ke Rony lagi. Ia terlihat sangat malu. Ia menutup kedua matanya seakan berusaha untuk berharap agar semuanya langsung berakhir. Rony memandang ke orang tersebut dan menyuruhnya untuk masuk bergabung dengan mereka. Begitu figur orang itu masuk ke dalam layar TV, aku masih tidak dapat melihat siapa dia karena yang dapat kulihat hanyalah bagian pinggang ke bawah dari orang tersebut. Akan tetapi setelah itu Mario mendongakkan kameranya dan aku dapat melihat orang itu!

Laki-laki itu adalah anak umur 18 tahun tetangga kami! Berandalan remaja yang istriku benci ini berdiri di hadapan kamera dengan senyum bodohnya! Sekarang pasti istriku tahu bahwa sebenarnya aku tidak mengirim berandalan karena kami berdua tidak menyukainya.

Andi adalah satu dari anak-anak bermasalah yang memasang musik keras-keras, menggunakan kata-kata kotor di manapun ia berada dan tidak pernah menunjukkan respek kepada orang lain. Rony tahu beberapa kali kami harus memanggil pihak berwenang saat pesta yang ia adakan di rumahnya menjadi tak terkontrol. Jadi aku menatap layar TV dengan penuh percaya diri bahwa istriku tidak akan jatuh pada perangkap ini.

Kemudian Karel berakting seakan-akan ia tidak mengenal Andi dan memintanya untuk memperkenalkan diri pada mereka semua. Setelah Andi memberikan cerita omong kosong tentang aku mengirimnya ke sana, Rony menegur Lisa bahwa ia telah berlaku tidak sopan dan menyuruhnya untuk berbalik badan dan menyapa Andi.

Istriku membalik badannya dan memandang Andi yang masih berdiri di sana dan menyapa, "Hai."

Lisa benar-benar kesal dan aku yakin kali ini sudah melewati batas toleransinya!

"Halo, Bu Lisa," sapanya balik.

"Ah elu pakai 'Bu' segala! Panggil Lisa saja, cukup," protes Rony. "Dia baru umur 32 jadi ga perlu dipanggil 'Bu'. Lagipula, elu tau kan kenapa elu dikirim ke sini?"

"Yah, kira-kira gua udah ada gambaran sih dari omongan Budi waktu dia menyuruh gua datang ke mari," jawab Andi.

Istriku menatapku dengan memandang ke arah kamera dan memberikan pandangan kecewa kepadaku.

Rony bertanya, "Jadi, Lisa, bagaimana kalau elu kasih tau Andi untuk apa dia datang ke mari?"

Istriku menunggu beberapa detik untuk menenangkan dirinya dan berkata, "Kita sedang bermain Truth or Dare, hanya itu yang aku tahu."

Lisa mencoba berlagak lugu dan tidak mempermalukan dirinya dengan mengatakan alasan yang sesungguhnya kepada Andi bahwa ia berada di sana untuk menyetubuhinya.

Rony lalu berkata, "Oh, iya, Truth or Dare, benar. Andi, ayo tarik bangku satu lagi jadi kita bisa melanjutkan permainan ini. Tapi ambilkan bir dulu dong buat kita semua. Birnya ada di dapur."

Dua menit kemudian Andi kembali membawa sebuah kursi dan duduk di tempat ia berdiri sebelumnya. Lisa kini dikelilingi oleh seorang laki-laki di masing-masing sisi meja. Rony duduk di depannya, Mario di sebelah kiri, Karel di sebelah kanan dan Andi duduk di belakangnya. Setelah Andi membagikan bir kepada mereka, dengan cepat-cepat Mario menjelaskan peraturan permainan ini karena ia sudah ingin kembali melanjutkan permainan ini yang mana kini adalah gilirannya untuk bertanya.

"Oke Lisa, elu ngga benar-benar mengatakan alasan Andi datang ke mari. Jadi pertanyaan gua adalah: Mengapa Andi datang ke sini?" tanya Mario.

Lisa memandang ke bawah dan menutup matanya, mencoba untuk mencari jawaban yang paling pas. Jika istriku menjawab bahwa ia tidak tahu maka mereka pasti akan mengatakan bahwa ia berbohong dan akan menyuruhnya untuk melakukan tantangan. Namun jika istriku mengatakan alasan yang sebenarnya maka ia akan mempermalukan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya akan berhubungan seks dengan anak berandalan dari sebelah rumah! Lisa membutuhkan waktu hampir satu menit untuk memutuskan apa jawaban yang akan ia berikan. Lalu ia memandang Mario dan menjawab, "Aku rasa untuk bermain Truth or Dare?"

Sudah jelas Lisa tidak dapat menerima dirinya dipermalukan dengan mengatakan bahwa Andi ada di sana untuk berhubungan seks dengannya.

Sudah tentu mereka tidak percaya karena mereka sadar bahwa Lisa tahu jawaban yang sesungguhnya. Jadi Mario memberinya tantangan, "Elu nakal, ya, masih juga berbohong sementara kita tahu jawaban yang sebenarnya. Jadi tantangan ini merupakan hukuman karena sudah berlaku nakal. Gua menantang elu untuk berbaring menghadap ke bawah di atas meja dan meminta kita untuk menampar pantatmu."

Lisa memejamkan matanya dan terlihat tak berdaya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, dengan perlahan ia berbalik dan berbaring di atas perutnya sambil memastikan kaos dan roknya masih menutupi bagian-bagian tubuhnya.

Mario mengarahkan kameranya ke arah pantat Lisa dan berkata, "Yah, untuk ini elu harus membuka rok elu, Lisa."

Istriku meraih bagian belakang roknya dan dengan perlahan ia mengangkatnya sampai kedua bulatan pantatnya terpampang di hadapan mereka.

"Oke, kita sudah siap. Silakan, Lisa," perintah Mario.

"Tolong tampar pantat aku," pinta istriku.

Rony menyela, "Bukan, bukan! Tantangannya adalah elu harus meminta setiap dari kita untuk menampar pantat elu. Jadi itu yang harus elu katakan. Ayo, Lisa, cepat supaya semua ini bisa berlalu."

Lisa langsung berseru balik kepada Rony dengan nada kesal, "Ya sudah! Rony, tolong tampar pantatku!"

PLAK!! Rony menampar dengan keras pantat kiri Lisa dan ia terlonjak kaget.

Setelah beberapa saat, "Karel, tolong tampar pantatku!"

PLAK!! Karel juga menampar dengan keras pantat kiri Lisa dan ia melenguh "mmph" menahan pedih.

Nafas Lisa menjadi berat lalu berkata, "Mario, tolong tampar pantatku."

Mario meletakkan kamera di atas kursinya sehingga ia dapat menampar pantat Lisa. Aku tidak dapat melihat mereka namun aku mendengar suara tamparan yang paling keras.

PLAKK!!! Dan Lisa mengaduh kesakitan, "Aawww!!"

Mario lalu duduk kembali dan menggunakan kamera untuk men-zoom ke daerah pantatnya.

Pantat kiri istriku sangat merah sedangkan pantat kanannya masih putih.

Kemudian Lisa berkata, "Andi, tolong tampar pantatku."

Andi meletakkan tangannya di atas pantat kiri Lisa yang merah. "Elu harus memohon," katanya.

"Aku mohon, Andi, tolong tampar pantatku," kata Lisa sekali lagi.

PLAK!! Andi menampar keras pantat kiri Lisa dan menahan tangannya di sana lalu meremas pantat istriku dengan sepenuh tenaga. Istriku memberi respon dengan mengeluarkan lenguhan panjang, "Mmmmmmphhh!" sampai akhirnya Andi melepaskan remasannya.

Karel menyatakan bahwa kali ini adalah gilirannya saat istriku bangkit lalu duduk sambil menurunkan roknya kembali untuk menutupi tubuhnya.

"Lisa, elu kan tinggal bersebelahan dengan Andi. Pernah ngga elu berpikiran untuk berhubungan badan dengan dia?" tanya Karel.

Aku tidak dapat melihat reaksi wajah Lisa karena wajahnya menghadap ke Karel namun aku dapat membayangkan wajah Lisa yang penuh kejijikan saat itu.

"Ngga, Karel! Aku tidak pernah berpikir tentang hal itu, sama sekali!" jawab Lisa dengan tegas.

Tidak ada seorangpun yang tidak setuju dengan pernyataan Lisa dan sekarang tiba giliran Rony.

"Oke, Lisa, mungkin memang benar kalau elu ngga pernah benar-benar memikirkan hal itu sebelumnya. Tapi sekarang setelah elu tau apa maksud kedatangan Andi ke sini, apa yang elu pikirkan sekarang? Apa yang elu pikirkan dengan mengetahui fakta bahwa pada akhirnya elu akan berhubungan badan dengan tetangga elu?" Rony bertanya saat Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa.

Istriku menoleh ke Rony dan berseru, "Pertama-tama, dia bukan tetanggaku. Dia cuma anak tetanggaku yang masih ingusan! Jadi aku tidak memikirkan hal ini sama sekali!" Lisa terlihat sangat amat marah sekarang.

Rony menyatakan bahwa ia berpikir Lisa berbohong. "Bohong! Elu pasti berpikir banyak tentang hal ini, Lisa. Elu pasti berpikir betapa canggungnya harus bertemu Andi di lingkungan rumahmu setelah dia mengentot elu," bantah Rony tanpa perasaan.

"Atau berpikir suami elu bisa menjadi cemburu karena anak yang baru mengentot istrinya tinggal di sebelah rumah," tambah Karel.

Mereka semua setuju bahwa Lisa berbohong dan Rony mendapat kesempatan untuk memberi tantangan.

"Lisa, gua mau elu baca sesuatu untuk Andi," kata Rony begitu a mengambil secarik kertas lalu mulai menulis sesuatu di atasnya. Satu menit berlalu, ia menyerahkan kertas itu kepada Lisa dan berkata, "Ini, tantangan gua adalah elu harus membacanya kepada Andi. Tapi elu harus menatap wajah dia saat elu membacakan tulisan itu. Jadi baca satu baris lalu katakan ke Andi sambil memandang wajahnya lalu baca baris berikutnya dan seterusnya sampai selesai," katanya lagi.

Istriku membaca isi kertas itu dan menarik nafas dalam-dalam. Lalu ia memutar tubuhnya sehingga berhadapan dengan Andi dan mendongakkan kepalanya. "Andi, walau sejak lama gua udah bertingkah terhadap elu, gua selalu pengen dientot sama elu." Istriku mengucapkannya ke wajah anak berandalan itu!

Lisa menundukkan kepalanya lalu mendongak lagi untuk meneruskan bacaannya. Tapi Rony menyelak, "Elu harus mengucapkan lebih dekat lagi, muka dengan muka, dekati muka elu dengan muka dia."

Lisa beringsut ke ujung meja dekat Andi dan mencondongkan tubuhnya mendekat sehingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Andi. Lalu ia lanjut membaca kalimat dari kertas itu dan mengucapkannya sambil menatap mata Andi, "Gua mau elu ngentotin gua dengan penuh nafsu supaya gua selalu memikirkan elu waktu gua ada di rumah." Ia benar-benar mengatakannya!

Istriku menundukkan kepalanya untuk membaca lagi, menunggu beberapa detik lalu mendongak untuk mengatakan, "Gua mau elu ngentotin gua sekarang juga, Andi."

Andi bangkit berdiri dan menurunkan celana jeansnya lalu melepaskan celana dalamnya. Penisnya sudah keras dan membesar terlihat jelas di layar TV. Andi menarik kaki istriku melewati ujung meja sehingga istriku terbaring terlentang di atas meja. Saat Andi menarik tubuh istriku mendekatinya, rok istriku tersingkap sampai ke atas pinggang dan tidak menutupi apa-apa lagi!

Istriku menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk menenangkan dan mempersiapkan dirinya untuk disetubuhi oleh remaja berandalan tetangga kami! Andi menaruh kaki Lisa di kedua pundaknya lalu membuka paha istriku. Andi sudah hampir mengentoti istriku!

Kemudian Andi membiarkan kedua kaki istriku turun ke atas meja lalu menarik tubuhnya sehingga Lisa berada dalam posisi duduk.

"Begini deh, Lisa. Walau elu bilang kalau elu mau gua entotin elu sekarang, gua akan kasih elu kesempatan untuk lepas dari tantangan itu. Tapi itu pun kalau elu mau. Karena gua tau tantangan tersebut akan membuat suasana jadi canggung antara kita pada kemudian hari," Andi menjelaskan.

Mata istriku bersinar penuh harap. Lalu Andi melanjutkan, "Gua akan kasih elu waktu 5 menit untuk mengocok, mengoral penis gua, terserah apa saja yang bisa elu lakukan. Kalau elu bisa bikin gua sampai ngecrot dalam waktu 5 menit itu, kita hentikan semua permainan ini dan elu boleh pulang. Bagaimana?"

Aku mendengar suara Rony terdengar dari samping, "Nah, ini baru asik nih. Tunggu, tunggu, kita akan mulai setelah dia siap. Bagaimana Lisa, elu sudah siap? Elu punya waktu 5 menit untuk membuat Andi klimaks atau dia bakal ngentotin elu."

Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa saat Karel berkata, "Oke, mulai.... sekarang!"

Istriku meraih penis Andi yang sudah menegang dan mulai mengocoknya dengan perlahan. Setelah sekitar 30 detik, Lisa mulai mengocoknya dengan lebih cepat berharap dapat mendorong Andi mencapai klimaks.

"Empat menit lagi," Rony mengumumkan sisa waktu. Lisa menatap penis Andi dan mulai mengocok dengan lebih cepat lagi.

Lalu Lisa menarik rambutnya ke salah satu sisi wajahnya lalu membasahi bibirnya. Dia hendak menghisap penis Andi! Istriku membungkukkan tubuhnya lalu melahap penis tersebut masuk ke dalam mulutnya. Dengan penis Andi di dalam mulutnya, kepala Lisa bergerak naik turun perlahan selama hampir satu menit. Kemudian ia berhenti mengoralnya dan mulai mengocok penis itu dengan cepat lagi sambil menatap wajah Andi untuk melihat apakah ia sudah hampir mencapai klimaks.

"Dua menit lagi!" teriak Rony.

Istriku menungging dan melahap penis Andi lagi dengan mulutnya. Kali ini ia memasukkan penis itu lebih dalam sehingga seluruh panjang penis Andi masuk ke dalam mulut Lisa setiap kali kepala Lisa bergerak turun. Gerakan naik turun kepala Lisa semakin lama menjadi semakin cepat sementara air liurnya mulai meleleh dari ujung mulutnya.

"Sisa waktu elu tinggal 1 menit, Lisa!" kata Rony.

Hampir putus asa, Lisa menarik ujung kaosnyanya ke atas dan menekan penis Andi masuk ke antara payudaranya. Dari samping Lisa menekan kedua payudaranya sehingga menggepit penis Andi dengan mantap dan mulai menggerakkan tubuhnya naik turun seakan mengocok penis tersebut dengan payudaranya.

Lisa sedang berusaha sedemikian rupa agar berandalan ini ejakulasi sehingga ia tidak perlu berhubungan seks dengannya!

"Tiga puluh detik lagi! Ayo!" teriak Rony. Istriku menghentikan usahanya dengan payudaranya dan mulai mengocok penisnya dengan cepat lagi sambil menatap wajah Andi.

Lisa memohon kepada Andi dengan putus harap, "Ayo Andi! Elu tahu kalo elu mau klimaks. Ayo lepasin aja! Semprot sekarang! Lihat, gua sudah menunggu," Lisa memohon dengan membuka mulutnya tepat di depan kepala penis Andi.

Ia sudah mencoba segalanya namun Rony mengumumkan bahwa waktunya sudah habis. Dengan nafas memburu, Lisa melepaskan penis Andi dengan kecewa.

Andi memandang Lisa dan berkata, "Jangan kuatir, gua akan ngecrot kok nanti, Lisa."

Andi menarik kaki Lisa sehingga tubuhnya terbaring terlentang di hadapannya. Lalu ia meletakkan masing-masing kaki Lisa di atas bahunya sehingga pahanya terbuka. Istriku terbaring terlentang menatap langit-langit, menunggu dientot Andi dan tidak ada yang dapat menghentikannya sekarang!

Lalu Andi berkata, "Elu bisa masukin sekarang, Lisa!"

Dengan tangannya, istriku meraih penis Andi dan menggiringnya masuk ke dalam tubuhnya! Punggung Lisa meliuk naik saat Andi mendorong masuk seluruh penisnya dengan gerakan perlahan. Setelah itu Andi, bocah ingusan tetangga sebelah, mulai mengentot istriku! Mata Lisa terbuka menatap langit-langit sementara tubuhnya bergoyang-goyang seirama dengan gerakan pinggul Andi. Aku dapat mendengar suara kulit menghajar kulit.

Setelah sekitar lima menit, Andi membungkuk, menempelkan tubuhnya ke atas tubuh istriku sehingga menekan kedua pahanya ke dadanya. Kini muka bertemu muka, Andi memagut bibir istriku dan menciumnya dalam-dalam sambil mengentot istriku dengan gerakan lembut. Istriku mulai mengerang-erang namun suaranya tertahan oleh mulut Andi.

"Dia mulai panas!" kata Rony.

"Iya, seperti waktu itu. Gua udah tau deh!" tambah Karel.

Gerakan pinggul Andi semakin cepat. Ia menghentikan ciumannya sehingga ia dapat memandangi wajah Lisa. Istriku sudah basah oleh keringat dan nafasnya sudah memburu.

Mario men-zoom kamera sampai wajahnya memenuhi layar TV. "Ngomong sesuatu ke suami elu yang nonton video ini di rumah, Lisa," perintahnya.

Istriku menoleh dan menatap ke lensa kamera namun tidak berkata apa-apa.

"Ayo dong, ngomong apa aja!" teriak Andi dan setelah itu terdengar sebuah tamparan.

Lisa memejamkan matanya menahan perih lalu membuka matanya lagi menatap ke arahku.

"Aku harap...(hhh)... kamu... (nhhh)... kamu senang... (hhhh)...," ucap istriku dengan nafas mendesah. Lalu ia memalingkan wajahnya. Ia benar-benar kesal denganku dan aku tidak dapat menyalahkan dia. Aku seharusnya tidak mengirimnya ke rumah Rony dan kini aku harus membayar dengan harga yang mahal.

Dengan tubuhnya berada di atas tubuh istriku, Andi terus memompa penisnya keluar masuk vagina Lisa yang membuat nafas istriku semakin memburu. Sesekali terdengar desahan Lisa di tengah nafasnya yang menderu.

Lalu Andi bertanya, "Apa elu sudah siap untuk berorgasme, Lisa?"

Andi mulai memperlambat gerakan pinggulnya namun mendorong penisnya masuk dengan lebih bertenaga.

Di antara nafas yang terengah-engah, istriku menjawab, "Iya... (mmhhh)... lakukan... (hhhh)... selesaikan... (ahhh)...."

Akhirnya Andi terlihat seperti sudah hampir mencapai klimaks. Satu dorongan panjang masuk ke dalam istriku, Andi menahan penisnya di dalam tubuh Lisa. Istriku mulai menggeliat dan mendesah panjang. "Gua belum selesai!" kata Andi.

Ia mengeluarkan penisnya dari dalam tubuh Lisa dan membalik tubuh Lisa ke posisi doggie-style!

Dalam posisi merangkak, istriku menunggu Andi mengentotnya dari belakang.

"Tampar pantatnya! Dia suka tuh!" teriak Mario.

"Bener nih?" Andi bertanya kepada Lisa.

Andi menampar keras pantat Lisa! PLAK! Dan sekali lagi.

"Lisa, elu suka ini?" tanyanya lagi. PLAK!

Istriku membuka suara untuk menghentikan pelecehan ini, "Balik ke seks aja deh, Andi."

PLAK!! Tangannya menampar pantat Lisa sekali lagi. "Oke, kalau begitu masukin lagi!" perintah Andi.

Aku harus menyaksikan istriku meraih ke belakang dan menarik penis Andi masuk ke dalam tubuhnya!

Andi memegang pinggul Lisa dan dengan kedua tangannya menggerakkan pinggul Lisa sehingga Lisa mengentoti penis Andi dalam posisi doggie-style. Karel lalu berkata bahwa ia sudah tidak tahan dengan hanya menonton. Lalu ia menanggalkan celananya. Ia berjalan mengitar dan menukar tempat dengan Rony sehingga ia berhadap-hadapan dengan kepala istriku. Karena sedang menunduk, Lisa tidak mengetahui kalau Karel sedang berdiri di depannya dengan penis yang menantang.

Lalu Andy menjambak rambut Lisa dan menariknya ke belakang sehingga memaksa kepalanya mendongak dan menatap tepat penis Karel. Karel meraih penisnya dan menamparkannya ke wajah Lisa beberapa kali sampai akhirnya Lisa memasukkan penis itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya.

Mario bergerak mundur sehingga dapat mengambil seluruh adegan ini dalam satu layar dimana istrku dalam posisi merangkak dientot dari depan belakang oleh Karel dan Andi. Lisa terhimpit di tengah-tengah dua penis dan sekarang sudah mengerang-ngerang dengan suara keras.

Setiap kali Andi menghujamkan penisnya ke dalam tubuh istriku dari belakang, Lisa terdorong ke depan sehingga penis Karel amblas masuk sampai ke kerongkongannya. Setelah dua menit berlalu aku dapat mendengar desahannya berubah menjadi suara tersedak dan liur mulai menetes dari dagunya. Lisa akhirnya berhenti mengoral Karel. Ia menatap Karel dengan pandangan memprotes dan berkata, "Sudah cukup. Gua ngga bisa nafas nih!"

Rony lalu maju dan mencengkram wajah Lisa dan berkata, "Wah, elu salah! Elu masih harus menservis dua penis lagi setelah mereka berdua puas." Kepala istriku jatuh lunglai dengan pasrah mendengar perkataan Rony. Sementara itu Rony dan Mario mulai menanggalkan celana mereka.

"Kelihatannya masih banyak proyek yang harus elu selesaikan," kata Mario saat Lisa menyadari kini di dalam ruangan itu ada empat penis yang tegang dan mengeras yang menunggu dipuaskan olehnya.

Lalu Andi menukar posisi dan kini ia berbaring di atas meja dengan istriku berada di atasnya. Saat istriku menggenjot penis Andi, Rony mengambil posisi di belakang mereka lalu mulai menekan penisnya ke anus Lisa dari belakang.

Lisa mengeluarkan suara dengan keras, "Uhhmmmpphh...," saat kedua lubang dalam tubuhnya dimasuki oleh penis Andi dan Rony. Sementara itu Karel masih berdiri di depan Lisa menunggu istriku menuntaskan oral yang terhenti tadi. Akan tetapi kepala Lisa masih tertunduk lunglai dengan desahan-desahan terdengar keluar dari mulutnya akibat dua penetrasi yang sedang diterima tubuhnya.

Akhirnya Karel bosan menunggu lalu menarik tangan kanan istriku untuk menggenggam penisnya yang sudah keras. Dengan hati-hati Mario menaruh kamera di atas kursi sehingga dapat mengambil seluruh adegan itu. Lalu ia berjalan menghampiri mereka dan meraih tangan kiri istriku untuk menggenggam penisnya.

Dientot dua penis sekaligus dan menahan seluruh berat tubuhnya dengan penis yang berada di kedua genggamannya, sungguh membuat birahi dalam tubuhnya meletup-letup! Lisa mulai berteriak dengan keras sementara dengan penuh nafsu mengocok kedua penis Karel dan Mario. Andi dan Rony sudah tidak lagi menggerak-gerakkan pinggul mereka karena istrikulah yang menggenjot pinggulnya sehingga kedua penis mereka bergerak keluar masuk tubuhnya! Aku tahu Lisa akan segera mencapai orgasme dan aku belum pernah melihatnya senafsu ini!

Penis Mario mulai menyemprotkan sperma dari kocokan istriku dan ia menundukkan kepalanya untuk menjilati sperma yang keluar. Lisa masih berada di kondisi hampir orgasme saat penis Karel juga menyemburkan lelehan sperma dalam jumlah besar yang hampir semuanya dapat ia tangkap di dalam mulutnya.

Lalu dengan kedua tangannya masih menggenggam penis Karel dan Mario, penis Andi berada di dalam vaginanya, dan penis Rony berada di dalam anusnya, serta mulut penuh dengan sperma, orgasme Lisa meledak dengan dahsyat.

"OOAHHHHGG... GILAAAAAA!!!" teriak istriku selagi tubuhnya menggelepar-gelepar karena tidak dapat menahan dentuman orgasme yang menghantam tubuhnya bertubi-tubi.

Andi menghujamkan dorongan terakhir dan menumpahkan muatan spermanya di dalam vagina Lisa dan tak lama setelah itu tubuh Rony pun mengejang. Lisa merasakan cairan sperma Rony meletup-letup di dalam anusnya.

Lalu istriku mengatakan sesuatu yang tidak akan pernah dapat aku lupakan. "OOOOHHH... GILLAAAA... enak bener ngentotnya!!!" Ia mengatakannya dengan cepat namun aku mendengarnya!

Mereka semua mundur dari tubuh Lisa meninggalkannya tergeletak di atas meja terengah-engah kelelahan.

Mario mengambil kamera, berjalan mengitari meja dan menyorot selangkangan Lisa di mana lelehan sperma keluar dari anus dan vaginanya. Lalu ia berjalan ke depan dan menyorot wajah istriku yang juga dipenuhi oleh cairan sperma di pipi dan dagunya.

Mulut Lisa menganga untuk membantu menyedot udara di tengah nafasnya yang terengah-engah. Rony menghampiri telinga Lisa dan berkata, "Ayo ngaku, Lisa, elu belom pernah orgasme sehebat ini, kan?"

Lisa hanya mengeluarkan erangan kecil dan terus berusaha untuk menenangkan deru nafasnya.

Rony berseru bahwa ia tidak dapat mendengar jawabannya. "Ayo ngaku aja, Lisa!"

Kemudian istriku memutar tubuhnya sehingga ia terbaring terlentang di atas meja. Dadanya bergerak naik turun dan kembang kempis seiring dengan nafasnya yang tidak kian mereda. Lisa akhirnya menjawab di tengah nafasnya yang menderu, "Iyah... (hmhh) oke... (hhh) gua belum pernah... (ohhhh)"

Lalu rekaman video itu selesai! Aku tidak dapat mempercayai isrtiku berkata kepada anak berandalan tetangga sebelah bahwa ia mendapat orgasme yang lebih hebat dengan dia dibanding dengan diriku! Aku terduduk di kursi dengan pikiran yang berkecamuk. Aku tahu Lisa melakukan ini semua karena ia berpikir aku menginginkan ia melakukannya, tapi apakah ia benar-benar menikmatinya? Aku terlelap dan bermimpi semua ini akan segera berakhir.

2 komentar:

  Unknown

4 Januari 2016 pukul 08.59

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
  Antok

17 Januari 2018 pukul 06.39

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.